BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bumi memiliki seluruh sifat yang
diperlukan bagi kehidupan. Salah satunya adalah keberadaan atmosfer, yang
berfungsi sebagai lapisan pelindung yang melindungi makhluk hidup. Atmosfer
terdiri dari lapisan yang berbeda yang tersusun secara berlapis satu diatas
yang lainnya.
Atmosfer merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari planet bumi. Setiap lapisan di atmosfer mengandung peranan
yang sangat vital untuk keberlangsungan kehidupan makhluk hidup yang ada di
bumi. Manusia sebagai salah satu makhluk hidup yang berada di bumi seharusnya
menjaga keberadaan atmosfer, misalnya dengan mencegah kerusakan lapisan ozon.
Lapisan ozon adalah salah satu komponen penting dalam lapisan atmosfer bumi.
Lapisan atmosfer yang menyelubungi bumi
mempunyai karakteristik yang berbeda. Atmosfer sangat menarik untuk dipelajari
agar kita lebih menghargai setiap lapisan atmosfer bumi beserta peranannya bagi
kehidupan. Makalah berjudul “Atmosfer” ini disusun untuk menjelaskan tentang
atmosfer secara global.
1.2 Tujuan
Makalah ini bertujuan agar mahasiswa
mengerti dan memahami tentang atmosfer bumi yang meliputi komposisi dan
bagian-bagiannya serta mengerti peranan atmosfer bumi untuk keberlangsungan
kehidupan makhluk hidup di bumi.
1.3 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan karya tulis ini penulis menentukan sistematika
karya tulis ini sebagai berikut :
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan
Bab II Pembahasan
2.1 Deskripsi seorang guru
2.2 Peranan Guru
2.3 Tugas dan tanggung jawab
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Atmosfer
Istilah atmosfer berasal
dari dua suku kata, yaitu atmos yang
artinya uap atau gas dan sphaira yang
artinya lapisan. Jadi secara harfiah, atmosfer adalah berbagai macam gas yang
menyelimuti bumi. Partikel-partikel gas yang mengisi atmosfer terdiri atas tiga
kelompok, yaitu udara kering, uap air, dan aerosol (Mu’in, 2004).
Bumi kita diselubungi oleh
lapisan udara yang terdiri dari berbagai unsur gas. Lapisan udara yang
menyelubungi bumi disebut atmosfer. Unsur-unsur gas yang menyusun atmosfer
terutama unsur nitrogen dan oksigen. Selain berupa gas, di atmosfer juga
terdapat air (hidrometeor). Jumlah berat seluruh atmosfer
diperkirakan 5,6 x 1014 ton. Setengah dari berat tersebut
berada di bawah ketinggian 6.000 meter dari permukaan bumi. Hal ini disebabkan
oleh adanya gaya gravitasi bumi. Oleh karena itu, udara yang ada dekat dengan
permukaan bumi menjadi lebih mampat (Sugiharyanto, 2007).
2.2 Komposisi Atmosfer
a)
Gas
Gas-gas yang terdapat di atmosfer
terutama tersusun atas nitrogen (78,08%) dan oksigen (20,95%). Sebagian besar
oksigen di atmosfer dihasilkan oleh tumbuhan. Deforestrasi atau penebangan
hutan akan menyebabkan kadar oksigen di atmosfer berkurang. Gas lain terdapat
di atmosfer dalam jumlah sedikit, di antaranya adalah uap air (0,2-4%), karbon
dioksida (0,035%), ozon (0,000004%) dan argon (0,93%). Selain itu, di atmosfer
terdapat pula partikel debu yang terbawa oleh udara dan gas-gas polutan yang
dihasilkan oleh asap kendaraan bermotor dan industri seperti sulfur dioksida
dan nitrogen oksida. Komposisi gas penyusun atmosfer dapat dilihat pada tabel 1
(Mutiara, 2008).
Tabel 1 Komposisi Gas Penyusun
Atmosfer (Sugiharyanto, 2007).
Gas
|
Simbol
|
Volume
(%)
|
Nitrogen
|
N2
|
78,08
|
Oksigen
|
O2
|
20,95
|
Argon
|
Ar
|
0,93
|
Karbon
Dioksida
|
CO2
|
0,035
|
Neon
|
Ne
|
0,0018
|
Metana
|
CH4
|
0,00017
|
Helium
|
He
|
0,0005
|
Hidrogen
|
H2
|
0,00005
|
Xenon
|
Xe
|
0,000009
|
Ozon
|
O3
|
0,000004
|
Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa unsur nitrogen
dan oksigen mencapai lebih dari 99%. Kedua unsur ini mempunyai peranan yang
penting bagi kehidupan. Unsur gas yang paling kecil adalah ozon. Meskipun
jumlah ozon sangat sedikit (0,000004%), namun unsur ini mempunyai peranan yang
sangat penting, yaitu menyerap radiasi sinar ultraviolet dari matahari sehingga
radiasi yang sampai ke permukaan bumi menjadi kecil (Sugiharyanto, 2007).
b) Uap Air
Uap air berasal dari kandungan air pada
hidrosfer yang menguap. Kadar uap air di atmosfer dipengaruhi oleh dua faktor,
yaitu suhu dan lokasi. Semakin tinggi suhu udara, maka kandungan air
dalam udara semakin besar. Hal itu dikarenakan semakin banyak air yang menguap.
Di daerah khatulistiwa (daerah panas), kadar uap air rata-rata adalah 3%,
artinya dari 1 liter udara terdapat 3% x 1 liter = 0,03 liter uap air.
Sebaliknya, di daerah kutub (daerah dingin), kadar uap air di udara dapat
mencapai 0%. Suhu yang dingin menyebabkan air hampir tidak menguap (hampir
semua air membeku) (Mikrajuddin, 2007).
Kadar uap air di atas permukaan laut,
sungai, atau danau lebih tinggi daripada di atas daratan karena di daerah
tersebut lebih banyak terjadi penguapan. Kadar uap air di daerah yang memiliki
banyak laut, sungai, atau danau lebih tinggi daripada daerah gurun pasir.
Gambar perubahan wujud zat dapat dilihat pada gambar 1 (Mikrajuddin, 2007).
c) Aerosol
Aerosol berupa partikel cair atau padat
yang tersuspensi di dalam gas. Ukuran partikel aerosol antara 0,001-100 µm.
Partikel-partikel yang berdiameter kurang dari 2,5 µm pada umumnya dianggap
halus dan partikel yang berdiameter lebih besar dari 2,5 µm dianggap kasar.
Aerosol yang terdiri dari partikel debu, abu, garam, dan asap juga terdapat di
udara. Jenis aerosol yang dominan di udara yang mengakibatkan pencemaran
tercantum pada Tabel 2 (Mu’in, 2004).
Pada umumnya, kota-kota besar mempunyai
konsentrasi aerosol yang relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan di
lautan. Sumber aerosol ada dua macam, yaitu primer dan sekunder. Aerosol
primer, yaitu aerosol yang dikeluarkan langsung dari berbagai sumber (contoh :
debu yang terbawa oleh udara sebagai akibat adanya angin atau partikel-partikel
asap yang dikeluarkan dari cerobong asap). Aerosol sekunder mengikuti pada
partikel-partikel yang dihasilkan di dalam atmosfer yang mengalami reaksi-reaksi
kimia dari komponen-komponen gas (Mu’in, 2004).
Aerosol dengan ukuran jari-jari 0,2 µm
sampai dengan 10 µm dalam proses iklim berperan sebagai inti kondensasi (inti
pengembunan) dalam pembentukan butir air di dalam awan. Tanpa adanya inti
kondensasi di atmosfer, butir air hujan akan sulit terbentuk didalam awan.
Tabel 2 Jenis Aerosol yang Dominan di Udara (Mu’in,
2004).
Jenis
Aerosol
|
Presentase
(%)
|
Debu
|
20
|
Abu
|
10
|
Garam
|
40
|
Asap
|
5
|
Spora,
Virus
|
25
|
Total
|
100
|
2.3 Sifat-Sifat Atmosfer
Lapisan atmosfer sebagai lapisan
pelindung bumi memiliki beberapa sifat, yaitu tidak memiliki warna, tidak
berbau, dan tidak memiliki wujud, serta hanya bisa dirasakan oleh indera perasa
manusia dalam bentuk angin. Atmosfer memiliki berat sehingga dapat menyebabkan
tekanan. Atmosfer memiliki sifat elastis dan dinamis, sehingga dapat mengembang
dan mengerut hingga dapat bergerak dan berpindah (Hartono, 2007).
2.4 Struktur Atmosfer
a) Troposfer
Lapisan troposfer merupakan lapisan udara
yang paling dekat dengan permukaan bumi. Ketebalan lapisan ini mencapai 18
kilometer di daerah equator dan 8 kilometer di daerah kutub. Sebagian besar
massa atmosfer (80%) berada pada lapisan troposfer. Pada lapisan ini, setiap
kenaikan tempat 100 meter menyebabkan suhu udara akan turun ± 0,6 ºC. Hal ini
dapat dibuktikan ketika kita pergi ke daerah pegunungan, suhu udara terasa
dingin. Suhu udara di lapisan teratas troposfer mencapai -60 ºC. Sedangkan suhu
udara rata-rata di permukaan air laut untuk daerah tropis sekitar ± 27 ºC (Sugiharyanto,
2007).
Pada lapisan troposfer terjadi fenomena
dan gejala cuaca seperti angin, awan, hujan, halilintar, pelangi, dan
sebagainya. Oleh karena itu, lapisan troposfer mempunyai peranan yang penting
bagi kehidupan. Di atas lapisan troposfer terdapat lapisan antara yang disebut
tropopause (Sugiharyanto, 2007).
b) Tropopause
Tropopause adalah lapisan udara yang
terdapat di antara troposfer dan stratosfer. Udara pada troposfer bagian atas
sangat dingin dengan demikian lebih berat dibandingkan dengan udara yang berada
di atas tropopause, sehingga udara pada troposfer tidak dapat menembus
tropopause. Ketinggian tropopause lebih besar di ekuator daripada di daerah
kutub. Tropopause terletak pada ketinggian 18 kilometer dengan suhu -80 ºC di
ekuator, sedangkan di kutub tropopause hanya mencapai ketinggian 6 kilometer
dengan suhu -40 ºC (Hartono, 2007).
c) Stratosfer
Lapisan stratosfer
terletak di atas tropopause sampai pada ketinggian ± 50 kilometer. Pada
stratosfer terdapat 2 lapisan udara yang sifatnya berbeda, yakni lapisan
isothermal, yaitu lapisan udara pada ketinggian 11-22 kilometer yang suhunya
seragam (± -60 ºC) dan lapisan inversi, yaitu lapisan yang terletak pada
ketinggian 20-50 kilometer di atas permukaan bumi. Suhu udara pada lapisan ini
semakin ke atas semakin meningkat, namun pada ketinggian 50 kilometer suhu
udara mencapai -5 ºC. Terjadinya peningkatan disertai penurunan suhu udara
disebabkan oleh adanya kandungan gas ozon (O3). Di atas
lapisan stratosfer terdapat lapisan stratopause yang menjadi pembatas antara
stratosfer dengan mesosfer (Sugiharyanto, 2007).
d) Stratopause
Stratopause adalah bagian atmosfer yang
berada di antara dua lapisan, yakni stratosfer dan mesosfer. Stratopause adalah
bagian dari atmosfer ketika suhu di stratosfer mencapai titik tertingginya.
Stratopause tidak hanya berada di bumi, namun juga di planet lain yang memiliki
atmosfer. Stratopause terletak 50-55 kilometer di atas permukaan bumi dengan
tekanan atmosfer sekitar 1/1000 tekanan di permukaan laut (Hartono, 2007).
e) Mesosfer
Lapisan mesosfer terletak pada ketinggian
± 50-85 kilometer di atas permukaan bumi. Suhu udara pada lapisan ini semakin
ke atas semakin rendah. Setiap naik 1.000 meter suhu udara akan turun 2,5-3 ºC
dan pada ketinggian 85 kilometer suhu udara mencapai -90 ºC. Di atas mesosfer
terdapat lapisan mesopause yang membatasi dengan lapisan di atasnya (thermosfer)
(Sugiharyanto, 2007)
f) Mesopause
Mesopause adalah lapisan batas antara
mesosfer dan thermosfer yang memiliki temperatur minimum. Mesopause adalah
tempat terdingin di bumi dengan suhu serendah -100 ºC karena kurangnya
pemanasan dan pendinginan radiasi matahari yang sangat kuat dari
karbondioksida. Mesopause memiliki ketinggian sekitar 85-100 kilometer dari
permukaan bumi (Hartono, 2007).
g) Thermosfer
Lapisan thermosfer terdapat pada
ketinggian ± 85-500 kilometer di atas permukaan bumi. Lapisan ini sering
disebut lapisan panas (hot layer). Suhu udara di bagian paling atas dari
lapisan ini dapat mencapai > 1.000 ºC. Lapisan bawah dari thermosfer (85-375
kilometer) disebut lapisan ionosfer. Lapisan ionosfer berfungsi untuk
penyebaran gelombang radio (Sugiharyanto, 2007).
Lapisan ionosfer dibagi
menjadi tiga lapisan, yakni lapisan ozon yang terletak antara 80-150 kilometer
dengan rata-rata 100 kilometer diatas permukaan laut. Lapisan ini merupakan
tempat terjadinya proses ionisasi tertinggi. Lapisan ini dinamakan pula dengan
lapisan ozon yang mempunyai sifat memantulkan gelombang radio. Suhu udara pada
lapisan ini berkisar antara -70 ºC sampai +50ºC. Lapisan kedua adalah lapisan
udara F yang terletak antara 150-400 kilometer. Lapisan ini
dinamakan pula dengan lapisan udara appleton. Lapisan ketiga adalah lapisan udara atom
dimana materi-materi berada dalam bentuk atom. Letak lapisan ini antara 400-500
kilometer di atas permukaan laut. Lapisan udara ini menerima panas langsung
dari matahari, dan suhunya dapat mencapai 1200 ºC (Hartono, 2007).
2.5 Peranan
Atmosfer
Peranan atmosfer bagi kehidupan makhluk
hidup tidak dapat diragukan lagi. Peranan tersebut tidak hanya untuk bernafas.
Peranan atmosfer juga muncul dalam wujud mengatur atau menjaga agar kehidupan
di bumi bisa berlangsung dengan aman (Mikrajuddin, 2007).
Peranan atmosfer yang pertama yaitu sebagai
pendukung kehidupan. Atmosfer merupakan pendukung utama kehidupan makhluk bumi
karena menyediakan gas yang diperlukan bagi pernapasan manusia dan hewan.
Beberapa gas yang diperlukan makhluk hidup tersedia dalam atmosfer, misalnya
oksigen, hidrogen, karbon dioksida, dan nitrogen (Mikrajuddin, 2007).
Peranan atmosfer yang kedua adalah
sebagai pengendali suhu bumi. Suhu di bulan pada malam hari sangat dingin dan
pada siang hari sangat panas. Hal ini karena bulan tidak memiliki atmosfer.
Keberadaan atmosfer menghindarkan bumi dari perubahan suhu yang sangat mencolok
seperti di bulan. Pada siang hari suhu di bumi tidak terlampau panas dan pada
malam hari suhu tidak terlampau dingin. Sebagian panas matahari yang jatuh ke
bumi dipantulkan oleh lapisan atmosfer bagian atas sehingga panas yang mencapai
bumi telah berkurang. Pada malam hari tempat yang tidak mendapat panas matahari
secara langsung tetap hangat. Kalor yang dimiliki atmosfer pada siang hari
tidak semuanya terbuang ketika memasuki malam hari. Atmosfer memerlukan waktu
yang cukup lama untuk membuang habis kalor tersebut. Sebelum seluruh kalor
terbuang, bagian atmosfer di tempat itu sudah kembali menjadi siang. Selain
itu, bagian atmosfer yang sedang mengalami malam mendapat kalor dari bagian
yang sedang mengalami siang melalui perpindahan kalor (Mikrajuddin, 2007).
Peranan atmosfer yang ketiga yakni
sebagai perisai radiasi ultraviolet. Sinar ultraviolet sangat berbahaya bagi
manusia karena dapat menyebabkan kanker kulit. Sinar yang dihasilkan dari radiasi
matahari tersebut sebenarnya sangat mudah menerobos atmosfer dan mencapai
permukaan bumi. Beruntunglah di lapisan atas atmosfer terdapat lapisan ozon
yang dapat menyerap sinar ultraviolet (Mikrajuddin, 2007).
Peranan atmosfer yang keempat adalah sebagai
penangkis meteor. Bumi senantiasa dihantam oleh hujan meteor. Jika tidak ada
atmosfer, maka meteor dapat mencapai permukaan bumi dengan kecepatan tinggi.
Jika ini terjadi, tentu akan sangat membahayakan kehidupan makhluk bumi. Dengan
adanya atmosfer, meteor-meteor tersebut akan terbakar habis karena bergesekan
dengan atmosfer sebelum mencapai permukaan bumi (Mikrajuddin, 2007).
Peranan atmosfer yang kelima yaitu
sebagai penunjang komunikasi radio. Di atmosfer bagian atas terdapat lapisan
gas-gas yang bermuatan listrik yang disebut ionosfer. Lapisan ini sangat mudah
memantulkan gelombang radio. Dengan demikian, gelombang radio yang dipancarkan
oleh stasiun pemancar dapat mencapai tempat-tempat yangsangat jauh. Berbeda
dengan gelombang radio, gelombang televisi tidak dapat dipantulkan oleh lapisan
ionosfer. Akibatnya, gelombang televisi lolos menembus lapisan tersebut.
Gelombang televisi memerlukan bantuan satelit agar dapat mencapai tempat yang
jauh (Mikrajuddin, 2007).
Peranan atmosfer yang terakhir yakni
untuk keperluan penerbangan. Atmosfer sangat penting bagi dunia penerbangan.
Pesawat terbang, baik yang menggunakan baling-baling maupun mesin jet, dapat
terangkat dan melayang di udara karena adanya gaya angkat yang dimiliki udara.
Ada pula pesawat yang tetap dapat terbang meskipun tidak ada atmosfer. Pesawat
tersebut adalah pesawat ruang angkasa yang menggunakan mesin roket
(Mikrajuddin, 2007).
2.6 Siklus
Karbon
Karbon adalah bahan dasar
penyusun semua senyawa organik. Pergerakannya melalui suatu ekosistem
berbarengan dengan pergerakan energi, melebihi zat kimia lain; karbohidrat
dihasilkan selama fotosintesis, dan CO2 dibebaskan bersama energi selama
respirasi. Dalam siklus karbon, proses timbal balik fotosintesis dan respirasi
seluler menyediakan suatu hubungan antara lingkungan atmosfer dan lingkungan
terestrial. Tumbuhan mendapatkan karbon, dalam bentuk CO2dari atmosfer melalui stomata daunnya dan
menggabungkannya ke dalam bahan organik biomassanya sendiri melalui proses
fotosintesis. Sejumlah bahan organik tersebut kemudian menjadi sumber karbon
bagi konsumen. Respirasi oleh semua organisme mengembalikan CO2 ke
atmosfer (Campbell, 2004).
Meskipun CO2 terdapat
di atmosfer dengan konsentrasi yang relatif rendah (sekitar 0,03%), karbon
bersiklus ulang dengan laju yang relatif cepat, karena tumbuhan mempunyai
kebutuhan yang tinggi akan gas ini. Setiap tahun, tumbuhan mengeluarkan sekitar
sepertujuh dari keseluruhan CO2 yang terdapat di atmosfer,
diseimbangkan melalui proses respirasi. Sejumlah karbon bisa dipindahkan dari
siklus tersebut dalam waktu yang lebih lama. Perombakan metabolik oleh
detritivora akhirnya mendaur ulang karbon ke atmosfer sebagai CO2 (Campbell,
2004).
Jumlah CO2 dalam
atmosfer sedikit bervariasi tergantung musim. Konsentrasi CO2 paling
rendah terjadi selama musim panas di belahan bumi utara dan paling tinggi
selama musim dingin. Naik turunnya konsentrasi CO2 secara musiman ini terjadi karena
terdapat lebih banyak daratan di belahan bumi utara dibandingkan dengan di
belahan bumi selatan, sehingga juga terdapat lebih banyak vegetasi. Vegetasi
tersebut mempunyai aktivitas fotosintesis maksimum selama musim panas,sehingga
mengurangi jumlah CO2 global di atmosfer. Selama musim
dingin, tumbuhan melepaskan lebih banyak CO2 melalui respirasi untuk fotosintesis,
sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan global gas CO2 tersebut
(Campbell, 2004).
Siklus karbon dalam
lingkungan akuatik melalui interaksi CO2 dengan air dan batu kapur. Karbon
dioksida yang terlarut bereaksi dengan air membentuk asam karbonat (H2CO3). Asam karbonat
selanjutnya bereaksi dengan batu kapur (CaCO3) yang sangat
berlimpah pada kebanyakan perairan, termasuk lautan, untuk membentuk ion
bikarbonat dan karbonat (Campbell, 2004).
Ketika CO2 digunakan
dalam fotosintesis di lingkungan akuatik dan laut, bikarbonat berubah menjadi
CO2. Bikarbonat akan berfungsi sebagai reservoir CO2. Autotrof akuatik bisa juga menggunakan bikarbonat
terlarut secara langsung sebagai sumber karbon. Secara keseluruhan, jumlah
karbon yang terdapat dalam berbagai bentuk anorganik di lautan, tidak termasuk
sedimen, adalah sekitar 50 kali yang tersedia di atmosfer. Karena reaksi
anorganik CO2 ini
di dalam air, dan juga pengambilannya oleh fitoplankton laut,
lautan bisa berfungsi sebagai suatu “penyangga(buffer)”
penting yang dapat menyerap sejumlah CO2 yang ditambahkan ke atmosfer dengan
cara pembakaran bahan bakar fosil (Campbell, 2004).
2.7 Siklus Nitrogen
Nitrogen adalah salah satu
unsur kimia utama lain dalam ekosistem. Nitrogen ditemukan pada semua asam
amino, yang merupakan penyusun protein organisme-organisme. Nitrogen tersedia
bagi tumbuhan hanya dalam bentuk dua mineral: NH4+ (amonium)
dan NO3- (nitrat). Meskipun atmosfer bumi
hampir 80% terdiri atas nitrogen, unsur ini sebagian besar terdaat dalam bentuk
gas nitrogen (N2), yang tidak tersedia bagi
tumbuhan (Campbell, 2004).
Nitrogen memasuki
ekosistem melalui dua jalur alamiah, yang keutamaan relatifnya sangat
bervariasi dari satu ekosistem ke ekosistem yang lain. Yang pertama, deposit
pada atmosfer, merupakan sekitar 5% sampai 10% dari nitrogen yang dapat
digunakan, yang memasuki sebagian besar ekosistem. Dalam proses ini, NH4+ dan NO3-, kedua bentuk nitrogen yang tersedia bagi
tumbuhan,ditambahkan ketanah melalui kelarutannya dalam air hujan atau melalui
pengendapan debu-debu halus atau butiran-butiran lainnya (Campbell, 2004).
Jalur lain untuk masuknya nitrogen ke
ekosistem adalah melalui fiksasi nitrogen. Hanya prokariota tertentu yang dapat
memfiksasi nitrogen yaitu mengubah N2 menjadi mineral yang dapat digunakan
untuk mensintesis senyawa organik bernitrogen seperti asam amino. Nitrogen
difiksasi dalam ekosistem terestrial oleh bakteri tanah yang hidup bebas dan
juga bakteri simbiotik. Beberapa sianobakteri memfiksasi nitrogen, tentunya
untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya sendiri, tetapi kelebihan amonia yang
dibebaskan oleh organisme tersebut menjadi tersedia bagi organisme lain. Selain
dari sumber alami nitrogen yang dapat digunakan ini, fiksasi nitrogen secara
industri dapat digunakan untuk pembuatan pupuk (Campbell, 2004).
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Atmosfer merupakan lapisan
udara yang menyelubungi sebuah planet, termasuk bumi. Atmosfer terdiri atas
tiga komponen utama, yakni gas, uap air, dan aerosol. Atmosfer tersusun atas
beberapa lapisan yang dinamai menurut fenomena yang terjadi pada lapisan
tersebut, antara lain troposfer, tropopause, stratosfer, stratopause, mesosfer,
mesopause, dan thermosfer atau ionosfer. Peranan atmosfer antara lain sebagai
pengendali suhu di bumi, stabilisator unsur-unsur cuaca, penahan radiasi
ultraviolet dari matahari, penyedia O2, CO2, dan N2 bagi kehidupan serta sebagai penunjang
komunikasi radio.